Blog Guru PKn, Blog Mbak Srie, Blog Indonesia Mengajar:

Aku menyempatkan diri berfoto di depan Masjid At-Taqwa Bondowoso

Bondowoso kota kecil dengan akses tertutup, dijuluki kota pensiun. Entah siapa yang memberi gelar itu...Sepi...!!!

Bimtek Pengembangan Karier P2TK 2012

Program ke-2 yang dilaksanakan dalam rangkaian Bimtek Pengembangan Karier P2TK melalui MGMP PKn SMP Bondowoso: Pembuatan Modul PKn

Masih dalam rangkaian Bimtek Pengembangan Karier P2TK: Modul

Menyusun Modul dirasakan mudah, tinggal bagaimana menghargai karya nyata ini menjadi perbuatan nyata: menerapkan dalam proses pembelajaran

Bimtek Pengembangan Karier P2TK: Pembuatan Alat Peraga PKn

Alat peraga dengan karakteristik PKn disajikan dengan apik oleh Pakarnya. Diharapkan menjadi karya monumental bernilai tinggi.

Presentasi Alat Peraga: Rangkaian Bimtek Karier P2TK

Bagian nyata dan serius dilakukan dalam menghasilkan karya yang berarti, yaitu presentasi pematangan hasil kerja kelompok

Pengembangan Silabus berkarakter dan bernilai Pancasila dan Konstitusi: Rangkaian Bimtek Karier P2TK

Disajikan oleh Pak Milan dari P4TK PKn-IPS Malang. Pak Milan Riyanto merupakan ketua Lab PKn P4TK PKn-IPS Malang

Diskusi Pengembangan Silabus bernilai Pancasila dan Konstitusi: Rangkaian Bimtek Karier P2TK

Antusias dan bermakna, bukan karena dapat dana P2TK, lain dari itu menunjukkan pengembangan profesionalisme itu bukan isapan jempol, tapi begitu nyata!

Selasa, 19 Maret 2013

DEKADENSI MORAL SISWA KARENA GURU?

Beberapa hari yang lalu diskusi kecil kami adakah dengan teman sekelompok. Topiknya seputar dekadensi moral siswa. Topik tersebut mengalir begitu saja, tetapi terarah pada satu titik, "karena siapa...". Tentu berbagai opini teman muncul, dari beberapa opini yang dilontarkan teman menyinggung seputar kinerja guru sebagai pendidik. 
Anak, siswa atau warga belajar sebagai objek sekaligus sobjek pendidikan menurutnya. Sebagai objek, dikaitkan dengan teori psikologi tabularasa, bahwa anak itu bak selembar kain putih yang akan berubah berwarna apapun tergantung prosesi pendidikan yang dialami. Sekolah sebagai lembaga formal menempati peran ke 2 setelah orang tua. Di sekolah yang berperan memberikan warna adalah guru. Lantas mengapa guru dikaitkan dengan mrosotnya moralitas siswa? Banyak alasan yang bisa diberikan, alasan ekstrim yang menarik untuk saya tulis adalah tugas guru antara mendidik dan sebagai administrator.
Secara konseptual guru memang pendidik, keberadaannya sebagai pendidik ditentukan oleh profesionalisme sesuai kualifikasi. Tugas sebagai pendidik dilakukan melalui proses belajar mengajar di kelas. Tugas ini buka hanya menuntut profesionlisme saja (baca: kemampuan menguasai materi dan menyampaikan) tetapi membutuhkan tugas pendamping sebagai seorang pembimbing. Pada sisi inilah terjadi proses luar biasa yang bernama belajar. Belajar sifatnya formal-situasional, artinya waktunya diatur melalui kurikulum dan terjadual dengan rapi. Terdapat program-program mengajar yang dibuat oleh guru dalam rangka memberikan pelayanan pendidikan yang baik.
Melihat posisi di atas, maka tugas mengajar bukan main-main. Tidak boleh diganggu dalam waktu tempo yang panjang hanya sekedar mengembangkan diri. Guru sudah berkembang profesionalismenya, jadi tinggal menerapkan. Jika dalam proses ini guru terganggu oleh hal-hal diluar konteks pendidikan, maka telah membuang tempo waktu yang merusak jadual yang ditetapkan, inilah hal yang sering terjadi namun dianggap lumrah dan biasa. Sebagai ilustrasi, beberapa guru mengikuti penataran sambung menyambung dengan alasan pengembangan diri. Sebagai akibat, tugas mengajar terabaikan. Tujuan-tujuan yang ditetapkan terlewati. Tidak ada hasil belajar, karena tidak terjadi proses. Keterampilan pengelolaan kelas terabaikan, murid menjadi tidak terarah dan mencari objek belajar sendiri. Objek paling gampang ditemui siswa adalah bermain sesuai minatnya. Akibatnya dapat dibayangkan, tujuan pembelajaran mustahil tercapai.
Akibat lain yang timbul adalah: membolos. Keluar sekolah sebelum habis masa belajar di kelas. Situasi ini dimanfaatkan oleh siswa melakukan perbuatan-perbuatan yang menyenangkan. Misal: main playstation, pergi ke tempat wisata setempat pada jam pelajaran. Akibat lain dari situasi ini, jika murid punya keinginan tetapi tidak punya modal dapat berakibat melakukan perbuatan kriminal, dan dimanfaatkan oleh pihak lain untuk menarik dalam lingkaran-lingkaran ekstrim seperti minum-minuman keras dan mabuk, ekstasi dan pemakaian obat-obatan terlarang.
Tugas Administrasi dilakukan guru juga tidak tepat. Ada benturan antara pengembangan diri dan tugas mengajar, karena pemerintah yang memberikan tugas pengembangan diri tidak detail mengamati situasi proses belajar-mengajar. Ini terjadi karena sering berubahnya kurikulum. Kurikulum berubah membutuhkan perhatian besar bagi pendidik untuk mendalami. Profesionlisme kembali diuji, sehingga setiap saat disibukkan oleh pembuatan administrasi pembelajaran. Contohnya KTSP, kurikulum ini pada tingkat imlementasi belum sepenuhnya tuntas, ditengarai hanya 50 persen guru yang paham. Belum tuntas pemahaman KTSP berganti lagi menjadi kurikulum 2013. Dapat dibayangkan, kapan guru akan fokus menjalankan tugasnya?
Hal inilah yang oleh beberapa teman kelompok diskusi dijadikan alasan bahwa dekadensi moral disebabkan juga oleh guru yang tidak fokus menjalankan tugasnya karena kesibukan administrasi. 

Selasa, 26 Februari 2013

JADUAL UN 2013, KEMENDIKNAS

Telah terbit jadual UN 2013, sebagai antisipasi proses pembelajaran maka tidak salah kita ketahui sejak awal. Berikut bisa dilihat ke link ini: Jadual Ujian Nasional 2013
Ketua Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI) Sulistiyo menganggap pelaksanaan uji kompetisi guru (UKG) secara online pada gelombang kedua ini relatif sudah berjalan lancar, namun dalam soal pencapaian nilai, dia menyebutkan sampai saat ini belum juga membaik.

"UKG tahap dua sudah berjalan di beberapa daerah. Pelaksanaannya relatif lancar, meskipun masih ada beberapa masalah teknis, tapi sedikit jika dibandingkan dengan pelaksanaan UKG tahap satu. Untuk DKI Jakarta yang dimulai pada hari ini, idealnya akan lebih lancar dibanding daerah lain," ucap Sulistiyo kepada Kompas.com, Selasa (9/10/2012).

Menurut pengamatannya, sedikit masalah teknis itu antara lain seperti kemunculan data guru yang masih tidak sesuai dengan kompetensi mata pelajarannya, atau ada beberapa daerah yang belum dapat login, dan soalnya tidak muncul lagi.

"Ya, masih ditemukan beberapa masalah teknis di jaringannya juga," katanya lagi.

Berkaitan dengan nilai UKG, Sulistiyo menuturkan pencapaian nilai UKG para guru masih dianggap belum membaik, bahkan kemampuan guru, terutama para senior masih jauh dari harapan.

"Nilai UKG, insyaallah juga belum membaik. Masih banyak para guru yang kemampuannya masih di bawah rata-rata, memang belum sesuai harapan. Di samping itu, soal-soal yang dikerjakan juga belum sesuai benar dengan kisi-kisi yang disediakan," katanya lagi.

Ia juga menilai, capaian angka yang dihasilkan para peserta UKG online ini memang hanya diperuntukkan sebagai pemetaan para guru.

"Jadi ketika nilai UKG tidak baik, ini sekaligus sebagai cermin bahwa pendidikan dan pembinaan guru yang terjadi selama ini masih jauh dari sempurna," tandasnya.

UKG gelombang dua ini, dipandangnya akan lebih banyak guru yang lebih siap mengikuti UKG. Peserta tidak lagi takut menghadapi ujian secara daring tersebut.

"Rata-rata mereka sudah lebih siap menghadapi ujian. Meski tetap disayangkan, sosialisasi tentang UKG juga belum membaik, sehingga menyebabkan pemahaman guru terhadap UKG dan hasilnya masih sangat variatif, masih banyak yang jauh dari memadai," katanya lagi.

Sulistiyo juga mengkritisi sial penyebutan lulus dan tidak lulus yang masih belum dimaknai dengan benar. Padahal yang perlu dikomunikasikan dengan baik soal pemanfaatan hasil UKG adalah untuk pemetaan guru.

"Yang paling penting kan pemenuhan janji pemerintah yang akan melatih dan membina semua guru, biat tidak menjadi, "omdo"," ujarnya.
Sumber:edukasi.kompas.com