Blog Guru PKn, Blog Mbak Srie, Blog Indonesia Mengajar:

Jumat, 20 April 2012

REVIEW UN 2012

Pekerjaan besar setiap tahun bagi institusi pendidikan adalah penyelenggaraan ujian akhir sekolah, yang dikemas dalam ujian sekolah dan ujian nasional. Kita katakan pekerjaan besar, karena memiliki 2 arti paling tidak:
1. Penentuan kelulusan siswa
2. Melihat kualitas lembaga

Yang ke-1 arahnya adalah kuantitas. Setiap lembaga pendidikan rasanya mengejar target ini, karena tolok ukur keberhasilan penyelenggaraan pendidikan adalah jika lembaga tersebut berhasil meluluskan peserta didiknya.Kebanggaan bagi sekolah dan orang tua bila anak didik lulus, terlepas apapun predikat prestasi yang dimiliki sang anak. Berbagai upaya dilakukan untuk mendongkrak kuantitas ini, baik cara legal maupun ilegal.

Yang ke-2 arahnya mutu lembaga. Ada sekolah dengan gread tinggi, sedang dan rendah. Tentu peng-gread-an ini bukan ditentukan oleh sesuatu yang formal, tapi bila melihat pemetaan pendidikan rasanya pemerintah (baca kemendikbud) telah melakukan pengread-an. Hanya istilah yang kita kenal adalah sekolah daerah terpencil dan perkotaan. Dari sisi penyelenggaraan ada sekolah potensial, rintisan dan standar nasional serta internasional. Masing-masing kualitas dilihat dari sisi yang sama, yaitu bagaimana institusi tersebut menyelenggarakan proses penuntasan pendidikannya. Ujian nasional menentukan hal tersebut. Bolehlah sekolah berhasil secara kuantitas/meluluskan 100% peserta didiknya, tapi bagaimana kualitas perolehanya, inilah yang menentukan kualitas.

Kedua hal tersebut bila menyimak proses penyelenggaraan Ujian Nasional tingkat SMA/SMK/MAN nuansanya tidak jauh berbeda. Yaitu menggunakan cara legar dan ilegal. Tak kecuali sekolah dengan kategori standar internasional sekalipun. Cara legal, setiap institusi setiap tahunnya menyelenggarakan program tambahan materi atau pendalaman materi. Ada yang melaksanakan setelah jam pelajaran ada yang sebelumnya. Dengan rundingan komite sekolah biasanya peserta didik membayar iuran yang tlah disepakati.Cara ilegal juga ditempuh oleh semuanya, mulai mengatur peran siswa untuk membantu temannya yang lemah belajar sampai menggunakan trik-trik yang tidak wajar dilakukan.

Beberapa kasus pelanggaran yang akan saya paparkan di bawah nanti menunjukkan trik-trik tersebut. Ekstrim memang, tapi mau apalagi? Keberhasilan kuantitas dan kualitas akan membawa image bagus bagi suatu sekolah. Pemerintah tidak akan melihat detail bagaimana hal tersebut dilakukan oleh lembaga pendidikan, taunya hanya laporan pelaksanaan ujian nasional. Bila sekolah lulus 100% disimpulkan berhasil, bila nanyak yang tidak lulus menunjukkan tidak berhasil. Sehingga image sekolah sepertinya hanya dilihat dari sisi kuantitas. Bukan kualitas. Melihat hal ini wajar kalau setiap lembaga mengupayakan dengan berbagai jalan untuk meluluskan siswanya.

Silakan dinilai, legal atau ilegal cara di bawah ini:
1. Istighosah dan Zikir bersama:
  • Baiknya adalah melatih siswa ingat pada Allah. Menambah nilai imtaq. Buruknya adalah, mengapa dilakukan HANYA ketika akan ujian nasional. Simpulannya adalah bila butuh dikerjakan, tidak butuh tidak dikerjakan. Sungguh upaya relegi yang keliru bila dilihat dari sudut imtaq.
2. Tryout
  • Ujicoba, siswa di uji coba dengan soal yang standarnya dibuat sesuai skl ujian nasional yang dikeluarkan pemerintah. Sebagai tolok ukur dan prediksi kelulusan bagus dilakukan, selain untuk menambah greget pada siswa bahwa waktu itu saat-saat genting menyongsong ujian nasional. Pertanyaanya adalah: Tryout selalau gagal, tapi ujian nasional lulus 100%. Mungkin tingkat kesukaran soal tryout terlalu tinggi. Mungkin!
  • Tapi mungkin juga ada upaya suksesi waktu ujian nasional.
3. Beli jawaban.
  • Apa ada? Biasanya dilakukan institusi swasta. Kuatir tidak lulus 100% ada sekolah swasta tertentu membeli soal dengan harga puluhan juta rupiah. Terlalu!!! Mau apalagi dari pada tahun ajaran baru sekolah tidak dipercaya masyarakat.
4. Sebar jawaban melalui sms
  • Upaya ilegal internal, biasanya sekolah telah menyiapkan tim khusus untuk ini. Mengundang joki atau gurunya disuruh mengerjakan soal, lalu hasilnya disebar melalui sms pada siswa. Atau jawaban di taruh di kamar mandi/wc siswa, dengan alasan kebelet pipis siswa mencongak jawaban tersebut.
5. Memfungsikan siswa yang pintar sebagai joki.
  • Cara ini lebih familier dan halus. Sebagai hal yhang lumrah dilihat bila siswa selalu contekan dengan temannya. Bahkan sekolah X melatih siswanya yang pintar diambil tiap ruang untuk dikirim pada lembaga pendidikan, hasilnya agar bisa mendongkrak perolehan nilai ujian kelak.
Langkah tersebut silakan Anda nilai sendiri. Apakah sekolah Anda melakukan 1, 2 atau semua cara di atas. Secar internal urusan sekolah masing-masing, tapi dilihat dari peran dan fungsi kita yang telah bergelar guru profesional rasanya risih bila menemukan kasus-kasus di atas.


0 komentar:

Posting Komentar