Blog Guru PKn, Blog Mbak Srie, Blog Indonesia Mengajar:

Senin, 09 Juli 2012

MENGUBAH GAPTEK MENJADI UPTEK REKAN-REKANKU

Terpaan tuduhan bahwa guru banyak yang gaptek, kini mulai terjawab. Seiring berjalannya waktu, membuat rekan-rekan mulai sadar. Bahwa kehadiran teknoinfokom memang benar-benar harus dimanfaatkan. Bukti ini saya dapat melalui beberapa latihan yang saya gelar di lembaga induk saya, SMPN 1 Grujugan.
Semula saya ragu dengan "keberanian" diri saya untuk "mengajari" para senior di lambaga induk saya. Karena sudah mengurat daging bahwa senior "lebih" dari pada junior seperti saya, namun melalui pendekatan yang persuasif dengan menawarkan bukti kemudahan dan kesangkilan teknologi yang satu ini membuat mereka terkesima. 
Langkah awal yang saya tempuh adalah, dengan memasang 1 unit kompi berteknologi tinggi dilengkapi dengan multimedia yang "aduhai". Saya isi dengan berbagai folder game animasi, arithmathic, logika dan game yang menantang andrenalin, sesuai dengan karakter dan kesukaan rekan-rekan. Alhasil, secara berkelompok berdasarkan kesukaan mereka tiap saat mau mendekat "benda" yang sebelumnya membuat "alergi" menjadi benda yang mereka "kangeni.
Sebulan lebih saya biarkan dengan apa yang mereka kerjakan, setelah itu saya hapus semua game tersebut dengan alasan akan diganti yang lebih menarik. Seiring dengan alasan itu, saya ajukan usulan pada pimpinan lembaga induk saya untuk melatih mereka secara sekedular. Disetujui! Mulailah dengan trik-trik hasil survey saya terhadap teman-teman. Survey diam-diam yang saya lakukan membuahkan hasil, lalu saya petakkan ke dalam program aplikasi sesuai dengan kesenangan mereka. Berikut list dari kemauan rekan-rekan di lembaga induk saya:

Bagi yang "gaptek":
  1. ingin mengetik cepat
  2. tidak ribet bagaimana cara menghidupkan kompi
  3. tidak sulit menggerakkan mouse
  4. ingin bukti bahwa kerja dengan kompi lebih cepat secara temporer.
Pelatihan untuk menjawab 4 keinginan rekan-rekan yang kategori "gaptek" tersebut adalah:
  1. saya buatkan model keyborad dengan karton tebal. Tiap bangku saya berikan dan dilekatkan tepat dihadapan tempat duduknya. Saya sarankan trial/latihan dengan meletakkan kedua tangan posisi mencakar ke mejanya. Lalu secara bergantian saya suruh jemarinya mengetuk meja dengan gerakan seperti mengetik statis. Membutuhkan waktu barang 2-5 menit tiap hari. Alhasil, walau tidak lancar mereka bisa mengetik dengan 11 jari. Yaitu jari telunjuk kiri dan kanan.
  2. Kompi saya pasang auto power on tiap pagi jam 7 sudah hidup sendiri. Selama rentang waktu 1 bulan auto power on berjalan, lalu saya matikan. Mulailah mereka mencari cara-cara dengan bertanya ke teman yang bisa, bagaimana menghidupkan kompi. Bulan ke-2 sudah lancar semua menghidupkan kompi. Syukur.
  3. Sulit menggerakkan mouse? Kata mereka mouse padnya kurang lebar (!!!!!!) Saya jawab:"Kalau lebar kasihan bapak-bapak, kalau sempit kan bapak dan ibu sama-sama enak??? OK-lah... Anggap mouse itu "mata" Anda. Dengan menganggap mouse adalah mata kita, dengan sedikit mengoneksi dengan perasaan, maka tempat mouse yang sempit itu menjadi lebar. Berhasil!!!
  4. Menghidupkan komputer sudah bisa, mengetik sudah bisa walau satu paragraph membutuhkan waktu 10 menit. Saatnya saya menempel screnshot tolbar standar yang sudah saya besarkan pada dekstop. contohnya seperti ini: . Berlembar-lembar screnshot saya tempel di desktop, bahkan di printing agar bisa untuk "krepekan". Saya tekankan pada editing awal: Menyimpan (Save), Memberi nama file, Membuka kembali file, dan langsung......ngeprint!!!. Berhasil! Pembuktian bahwa bekerja dengan kompi lebih cepat ketika saya deskripsikan bahwa bila document yang diketik berlembar-lembar suatu saat secara temporer dibutuhkan lagi. Tinggal Open file, maka munculah file tersebut. Logika "menabung di bank" saya terapkan. ATM tersebar dimana-mana, tidak "ribet" mengambil uang. Berhasil!!!
Itulah turotial "ngawur" yang saya lakukan melalui pelatihan yang sebenarnya terjadwal tapi tersembunyi. Dan berkat antusias rekan-rekan, usulan untuk memasang LCD projektor di ruang guru terpenuhi. Jadi tiap saat-tiap waktu saya hidupkan sambil memberi trik dan tips. Entah mereka melihat atau tidak, pokoknya saya "action" sendiri. Dan hasilnya...1, 2, 3 dan seterusnya dari mereka melihat. Daripada tiap istirahat harus melihat demo memasak para "SPG Liar" yang tiap saat menyelundup ke sekolah menawarkan dagangan, lebih baik saya isi dengan demo tips dan trik. Itulah liku-liku laki-laki yang tak laku-laku memberi pelatihan agar para rekan "selamat tinggal gaptek" di instansi induk saya. Dan sadar, mereka tidak "gaptek" lagi. Beberapa diantara mereka mulai kredit laptop!
Bagaimana memberi pelatihan bagi mereka yang sudah bisa atau "sok" bisa? Lebih menarik dan penuh tantangan... Tunggu cerita saya berikutnya......

0 komentar:

Posting Komentar